Bahasa Indonesia
Assalamuaikum Wr. Wb.
Bagi Yang lagi kebingungan nyari contoh teks cerpen yang ada strukturnya. Nih sedot aja :
Buah Rasa Tinggi Hati
Saat ini aku berada pada tahun
kedua ku di SMANESA. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Teringat olehku
perjuanganku kala itu untuk dapat diterima di SMANESA, sekolah yang sangat
bergengsi dan difavoritkan oleh seluruh siswa di Trenggalek, Perjuanganku untuk
menjadi murid SMANESA memang tak semulus dan seindah bayanganku, sempat aku
merasakan pahitnya kegagalan dan
sulitnya perjuangan. Namun, segala perjuanganku berbuah manis dengan aku yang
saat ini duduk di bangku kelas sebelas IPA tiga bersama teman-temanku tercinta.
Kembali pada masa itu, ketika aku
merasa sangat bersemangat dan antusias. Sorot mataku tertuju pada selembar
pamphlet yang tertempel pada papan pengumuman di depan kelasku. Nampak harapan
besar bergantung dalam hatiku. ‘SMANESA BIG OLYMPIAD’ begitu tulisan yang
tertera pada phamplet pengumaman itu. “SMANESA tunggu aku!”, batinku dalam hati.
Dengan perasaan riang aku memasuki
ruang kelas IX-B, yang merupakan ruang kelasku saat aku SMP. Suasana kelas saat
itu begitu riuh, teman-temanku sibuk membicarakan tentang SMANESA BIGOLYMPIAD.
Sama sepertiku, mereka juga bercita-cita besar untuk menjadi murid SMANESA. Aku
berjalan mendekati kerumunan kecil
teman-temanku yang sedang membicarakan SBO.
“Ngomong-ngomong
soal SBO nih. Kalian mau ikut lomba apa?” Tanya Zulfa temanku
“Ehm, kalo
aku sih tertarik sama Biologi ya. Mungkin aku akan ikut Olimpiade Biologinya.”
Bilqis menimpali
“Hei, tapi
kamu tahu kan, biasanya pesertanya SBO itu banyak banget, rata-rata mereka
pasti milih Biologi karena kelihatanya yang paling gampang yang nggak ada
rumus-rumusnya gitu.” Kata Cynthia dengan nada yang terkesan menakut-nakuti
“Ah, kamu
sok tau lah, Biologi juga sulit tahu.” Jawab Bilqis menyangkal
“Hei, Be,
jangan diem aja. Kamu ikut SBO kan?Mau ikut olimpiade apa kamu?” Tanya Cynthia
kepadaku
“Ikutlah,
tapi belum tahu sih mau ikut olimpiade apa. Kayaknya kudu konsultasi dulu deh
sama ibu.:” Jawabku sambil terkekeh
Dalam hati aku memikirkan pertanyaan
temanku tadi, olimpiade apa yang harus aku ikuti agar dapat membawaku menuju
mimpiku. Memang aku bermimpi besar untuk dapat meneruskan bangku SMA ku di
SMANESA tetapi, belum pernah terpikir olehku mengenai jalan yang harus ku
tempuh agar mimpiku bisa tercapai dengan mudahnya.
Setibanya di rumah, dengan
bersemangat aku bercerita kepada ibuku tentang SBO sekaligus dengan keraguan hatiku yang masih
bingung memikirkan olimpiade apa yang harus aku ikuti.
“Terserah
kamu, mau ikut olimpiade apa. Kan hanya kamu yang tahu dimana kemampuanmu.
Saran ibu , pilihlah pelajaran yang benar-benar kamu kuasai.” Begitu nasehat
ibuku.
Sepanjang hari itu, aku habiskan
untuk memikirkan mengenai olimpiade SBO apa yang harus aku ikuti yang kan
membawaku menuju mimpiku? Jika aku mengikuti olimpiade biologi pasti sudah
banyak anak yang mengikuti seperti apa yang Cynthia katakan. Jika aku mengikuti
olimpiade IPS, terlalu banyak materi yang harus aku pelajari dimulai dari
sejarah sampai dengan ekonomi tak lupa dengan geografinya. Jika aku mengikuti
olimpiade fisika tak terbayangkan bagaimana susahnya soal-soalnya apalagi
olimpiade matematika, bisa pingsan duluan aku dibuatnya. “Olimpiade TIK?”
gumamku lirih saat memandang brosur SBO yang ku akses di internet. “Hem, cukup
menarik…” senyumanku terkembang. “Baiklah aku akan mengikuti olimpiade TIK!”
Seruku dengan bersemangat.
Keesokan harinya, teman-temanku
terlihat repot dengan formulir pendaftaran SBO masing-masing. Memang hari ini
setelah pulang sekolah kami berencana untuk pergi ke SMANESA untu mendaftar
olimpiade bersama-sama.
“”Jadi, kamu
ikut olimpiade apa?” tanyaku pada Gisela yang nampak sibuk mengisi formulir
SBOnya
“FISIKA.”
Jawabnya dengan memantapkan suaranya.
“Woah punya
nyali juga kamu ikut fisika. Aku sih udah mundur duluan.” Aku mulai menggoda
Gisela
“Lah memang
kamu sendiri ikut olimpiade apa?Atau jangan-jangan kamu malah nggak ikut?”
“Kalo aku
sih tertarik ikut olimpiade TIK karena kayaknya peminatnya sih sedikit jadi
peluang diterimanya lebih besar apalagikan juga nggak ada rumus-rumus nya pula
hahaha…”Jawabku penuh percaya diri
“Kamu ikut
TIK?” tiba-tiba Shofie menyahut percakapanku dengan Gisela
“Iya, karena
aku pikir peluang diterimannya ya lumayan besar. Lah kamu sendiri? Aku pikir
kamu ikut olimpiade biologi” tanyaku kepada Shofie
“Sebenarnya
sih aku masih bingung mau ikut olimpiade apa. Tapi bener juga katamu peluang
diterimanya lumayan besar jika ikut olimpiade TIK Apa aku ikut olimpiade TIK
aja ya?”
“Yah silakan
kalo kamu mau ikut, Shof. Shania juga ikut olimpiade TIK loh.” Aku menimpali
Shofie. Dalam hatiku aku berkata “Waduh tambah lagi nih sainganku, tapi tak
apalah, hanya batu kecil”
Hari demi hari telah berlalu. Nomor
pendaftaran yang menjadi tiket masuk SBO telah ku kantongi. Sekarang segalanya
tergantung pada seberapa besar usahaku untuk dapat diterima di SMANESA.
Teman-temanku mulai serius mempersiapkan diri mereka. Ditengah jam pelajaran
kosong di sekolah, mereka menyempatkan diri untuk belajar demi SBO, saling
berbagi ilmu dan membantu teman lain mereasa kesulitan dalam suatu pelajaran.
“Hei Be,
sudah sejauh mana belajarmu?” Tanya Shofie padaku
“Ah, aku
masih mengulang materi kelas 8 kemarin. Kalo kamu sendiri samapi mana, Shof?”
“Sama kalau
begitu. Sebenarnya ya, aku bingung mau mempelajari materi apa. Bener-bener
nggak ada gambaraan model soalnya kaya apa.” Jawab Shofie.
Aku mengiyakan apa yang Shofie katakan.
Sebenarnya masih sulit ditebak seperti apa soal olimpiade TIK nanti. Setibanya
dirumah aku mulai mempersiapkan diri untuk kembali belajar. Aku mencoba untuk
mencari beberapa contoh soal di internet dan membaca LKS TIK kelas 7 dan 8.
“Nah, dengan persiapan belajar seperti sepertinya sudah cukup untuk bekal
olimpiadeku.” batinku dengan percaya diri.
Tiba pada hari yang kutunggu-tunggu.
Dua Februari 2013 hari dimana SBO dilaksanakan. Jarum jam menunjukkan pukul
setengah tujuh tepat, tiga puluh menit sebelum SBO dimulai, aku sudah berada di
SMANESA bersama teman-temanku. Kulihat teman-temanku terlihat sibuk dengan
soal-soal ditangan mereka, sedangkan aku berusaha menghilangkan rasa grogi yang
mulai menyelimuti hatiku. Berbekal dari materi yang telah kupelajari, aku
merasa percaya bahwa aku mampu menaklukan soal-soal pada olimpide TIK ini.
Soal olimpiade TIK sudah berada di
depan mata. Dengan perasaan grogi aku mulai mengerjakan satu per satu soal
tersebut. Memanglah tak semua soal dapat kukerjakan dengan lancar. Ada beberapa
soal yang membuatku bingung untuk memilih jawabannya, bahkan beberapa soal yang
lain aku tak tahu sama sekali jawabannya. Alhasil beberapa nomor pun terpaksa
tak ku isi jawabannya. Namun, beberapa kesulitan itu masih membuatku tetap optimis
dan percaya bahwa aku masih berpeluang besar menggapai mimpiku.
Hari mulai beranjak siang, sinar
matahari terasa panas membakar tubuhku. Namun itu semua tak menyurutkan
semangatku untuk menunggu pengumuman hasil SBO berasama dengan beberapa
temanku. Seusai sholat dhuhur kami mengyegarkan pikiran kami dengan meneguk
minuman segar yang dijajakan disekitar SMANESA. Sembari meneguk minuman kami,
tiba-tiba Ravin menghampiri kami.
“Hei, tadi
waktu lihat pengoreksian terbuka, aku dengar bahwa yang mendapat juara 1
olimpiade TIK berasal dari sekolah kita loh…”
Mendengar
apa yang dikatakan oleh Ravin, sontak hatiku mulai berdegup kencang. Rasanya
pintu masuk SMANESA semakin terbuka lebar bagiku.
“Woah, dari
sekolah kita? Siapa namanya?” Teman-temanku menimpali dengan bersemangat.
“Kalo
namanya sih masih belum jelas siapa. Coba aku kesana lagi nanti aku kasih
tahu.” Ravin pergi menuju tempat
pengoreksian meninggalkan kami.
“Ah tak
disangka-sangka ya, ternyata ada yang diterima dari sekolahku. Jangan -jangan
itu tadi aku yaa hehehe…” Aku mulai bergumam dalam hati, rasa percaya diriku
semakin meningkat bahkan sudah tipis bedanya antara percaya diri dan rasa
tinggi hati.
Dari kejauhan kulihat siswa yang
lain nampak mengerubungi suatu papan. “Hei teman-teman, lihat kerumanan siswa
disana. Jangan – jangan hasil pengumumannya sudah keluar.” Lantas aku mengajak
teman-temanku menuju papan pengumuman. Benar dugaan ku, papan pengumuman
tersebut memuat hasil pengumuman SBO. Teman-temanku mulai sibuk mencari nama
mereka di papan pengumuman lomba yang diikutinya. Banyak sekali siswa – siswa
yang berkerumun untuk melihat hasil pengumuman, sehingga aku tak bisa melihat
dengan jelas hasil yang kuperoleh dari olimpiade TIK.
“ Shof, apa
kamu bisa melihat dengan jelas hasil olimpiade TIK nya? Juara berapa kamu?”
tanyaku pada Shofie yang berdiri disampingku.
“Belum tahu.
Be. Hasil pengumumannya tidak terlihat dari sini.”
Dari kejauhan, Ravin berlari
tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Shofie. Raut wajahnya terlihat sumringah.
“Wah Shofie, selamat ya. Kamu menjadi juara olimpiade TIK. Selamat ya.” Ravin memberi selamat kepada Shofie. Kulihat
wajah Shofie nampak menyiratkan keruguan sekaligus rasa bahagia. “Ah yang benar
kamu Ravin. Aku sendiri belum bisa melihat hasilnya.” Shofie merasa ragu dengan
apa yang dikatakan oleh Ravin. Jujur, dalam hatiku pun aku masih meragukan apa
yang Ravin katakan.
Papan pengumuman terlihat mulai
lengang. Tak banyak siswa yang berkerumun, dengan langkah tergesa-gesa aku dan
Shofie menuju ke papan pengumuman. Tertulislah nama Shofie pada urutan pertama
olimpiade TIK, menyatakan bahwa ia lah peraih nilai tertinggi sekaligus meraih
juara pertama dalam SBO olimpiade TIK. Sedikit bergetar hatiku melihat nama
Shofie tertulis pada urutan pertama. Dengan sisa-sisa kepercayaan diriku aku
mulai mencari namaku dalam pengumuman tersebut. “Dua, tiga, empat, lima, …”
lima urutan telah terlewatkan. Pertanda bahwa gagal sudah langkahku untuk dapat
masuk ke SMANESA melalui jalur SBO. Hatiku mulai merasa sakit, kepercayaan
diriku mulai lenyap. “Enam, tujuh,,,” kulihat nama ku tertulis pada urutan ke
tujuh. Dengan perasaan tak percaya aku membaca berkali-kali siswa urutan ke
tujuh, namaku terukir disana bersama dengan nomor peserta yang memang punyaku.*)
Sungguh terasa sakit hatiku melihat
namaku berada pada urutan ke tujuh olimpiade TIK. Selish dua nomor dari peserta
yang diterima melalui jalur olimpiade TIK. Dengan segenap kemampuanku aku
berusaha menahan tangisku didepan teman-temanku. “Andai aku bisa belajar lebih
giat lagi. Andai aku tidak pernah meremehkan kemampuan teman-temanku. Andai aku
lebih memperbanyak ibadahku dan tawakal akan usahaku kepada Allah Swt.” Hanya pengandian dan penyesalanlah yang
tersisa dalam hatiku.*)
Setelah menelan pahitnya kegagalanku dalam SBO, aku mulai berusaha lebih
keras agar dapat diterima di SMANESA. Meningkatkan jam belajarku dan ibadahku
kepada Allah swt. agar dapat diterima di SMANESA melalui jalur MIPA yang akan
diadakan empat bulan kemudian.Alhamdulillah, hasil perjuanganku berbuah manis.
Impianku untuk dapat menjadi siswa di SMANESA akhrinya tercapai.
Dari kegagalanku dalam SBO, aku dapat memetik pelajaran hidup yang
berharga, yaitu janganlah kita meremehkan kemampuan orang lain, karena usaha,
kerja keras, dan doa dapat merubah ketidakmampuan menjadi sebuah keajabian atas
kehindak Allah swt.
Keterangan Struktur Cerpen
No.
|
Struktur
Teks
|
Kalimat
Dalam Teks
|
1
|
Abstrak
|
Saat ini aku berada pada
tahun kedua ku di SMANESA. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Teringat
olehku perjuanganku kala itu untuk dapat diterima di SMANESA, sekolah yang
sangat bergengsi dan difavoritkan oleh seluruh siswa di Trenggalek,
Perjuanganku untuk menjadi murid SMANESA memang tak semulus dan seindah
bayanganku, sempat aku meraskan pahitnya kegagalan dan sulitnya perjuangan.
Namun, segala perjuanganku berbuah manis dengan aku yang saat ini duduk di
bangku kelas sebelas IPA tiga bersama teman-temanku tercinta.
|
2
|
Orientasi
|
Kembali
pada masa itu, ketika aku merasa sangat bersemangat dan antusias. Sorot mataku
tertuju pada selembar phamplet
yang tertempel pada papan pengumuman di depan kelasku. Nampak harapan besar
bergantung dalam hatiku. ‘SMANESA BIG OLYMPIAD’ begitu tulisan yang tertera
pada phamplet pengumaman itu. “SMANESA tunggu aku!”, batinku dalam hati.
Dengan perasaan riang aku memasuki
ruang kelas IX-B, yang merupakan ruang kelasku saat aku SMP. Suasana kelas
saat itu begitu riuh, teman-temanku sibuk membicarakan tentang SMANESA
BIGOLYMPIAD. Sama sepertiku, mereka juga bercita-cita besar untuk menjadi
murid SMANESA. Aku berjelan mendekati keruman kecil teman-teman ku yang sedang membicarakn SBO.
“Ngomong-ngomong
soal SBO nih. Kalian mau ikut lomba apa?” Tanya Zulfa temanku
“Ehm, kalo
aku sih tertarik sama Biologi ya. Mungkin aku akan ikut Olimpiade
Biologinya.” Bilqis menimpali
“Hei, tapi
kamu tahu kan, biasanya pesertanya SBO itu banyak banget, rata-rata mereka
pasti milih Biologi karena kelihatanya yang paling gampang yang nggak ada
rumus-rumusnya gitu.” Kata Cynthia dengan nada yang terkesan menakut-nakuti
“Ah, kamu
sok tau lah, Biologi juga sulit tahu.” Jawab Bilqis menyangkal
“Hei, Be,
jangan diem aja. Kamu ikut SBO kan?Mau ikut olimpiade apa kamu?” Tanya
Cynthia kepadaku
“Ikutlah,
tapi belum tahu sih mau ikut olimpiade apa. Kayaknya kudu konsultasi dulu deh
sama ibu.:” Jawabku sambil terkekeh
Dalam hati aku memikirkan
pertanyaan temanku tadi, olimpiade apa yang harus aku ikuti agar dapat
membawaku menuju mimpiku. Memang aku bermimpi besar untuk dapat meneruskan
bangku SMA ku di SMANESA tetapi, belum pernah terpikir olehku mengenai jalan
yang harus ku tempuh agar mimpiku bisa tercapai dengan mudahnya.
Setibanya di rumah, dengan
bersemangat aku bercerita kepada ibuku tentang SBO sekaligus dengan keraguan hatiku yang masih
bingung memikirkan olimpiade apa yang harus aku ikuti.
“Terserah
kamu, mau ikut olimpiade apa. Kan hanya kamu yang tahu dimana kemampuanmu.
Saran ibu , pilihlah pelajaran yang benar-benar kamu kuasai.” Begitu nasehat
ibuku.
Sepanjang hari itu, aku habiskan
untuk memikirkan mengenai olimpiade SBO apa yang harus aku ikuti yang kan
membawaku menuju mimpiku? Jika aku mengikuti olimpiade biologi pasti sudah banyak
anak yang mengikuti seperti apa yang Cynthia katakan. Jika aku mengikuti
olimpiade IPS, terlalu banyak materi yang harus aku pelajari dimulai dari
sejarah sampai dengan ekonomi tak lupa dengan geografinya. Jika aku mengikuti
olimpiade fisika tak terbayangkan bagaimana susahnya soal-soalnya apalagi
olimpiade matematika, bisa pingsan duluan aku dibuatnya. “Olimpiade TIK?”
gumamku lirih saat memandang brosur SBO yang ku akses di internet. “Hem,
cukup menarik…” senyumanku terkembang. “Baiklah aku akan mengikuti olimpiade
TIK!” Seruku dengan bersemangat.
Keesokan harinya, teman-temanku
terlihat repot dengan formulir pendaftaran SBO masing-masing. Memang hari ini
setelah pulang sekolah kami berencana untuk pergi ke SMANESA untu mendaftar
olimpiade bersama-sama.
“”Jadi,
kamu ikut olimpiade apa?” tanyaku pada Gisela yang nampak sibuk mengisi
formulir SBOnya
“FISIKA.”
Jawabnya dengan memantapkan suaranya.
“Woah
punya nyali juga kamu ikut fisika. Aku sih udah mundur duluan.” Aku mulai
menggoda Gisela
“Lah
memang kamu sendiri ikut olimpiade apa?Atau jangan-jangan kamu malah nggak
ikut?”
“Kalo aku
sih tertarik ikut olimpiade TIK karena kayaknya peminatnya sih sedikit jadi
peluang diterimanya lebih besar apalagikan juga nggak ada rumus-rumus nya
pula hahaha…”Jawabku penuh percaya diri
“Kamu ikut
TIK?” tiba-tiba Shofie menyahut percakapanku dengan Gisela
“Iya,
karena aku pikir peluang diterimannya ya lumayan besar. Lah kamu sendiri? Aku
pikir kamu ikut olimpiade biologi” tanyaku kepada Shofie
“Sebenarnya
sih aku masih bingung mau ikut olimpiade apa. Tapi bener juga katamu peluang
diterimanya lumayan besar jika ikut olimpiade TIK Apa aku ikut olimpiade TIK
aja ya?”
“Yah
silakan kalo kamu mau ikut, Shof. Shania juga ikut olimpiade TIK loh.” Aku
menimpali Shofie. Dalam hatiku aku berkata “Waduh tambah lagi nih sainganku,
tapi tak apalah, hanya batu kecil”
Hari demi hari telah berlalu.
Nomor pendaftaran yang menjadi tiket masuk SBO telah ku kantongi. Sekerang
segalanya tergantung pada seberapa besar usahaku untuk dapat diterima di
SMANESA. Teman-temanku mulai serius mempersiapkan diri mereka. Ditengah jam
pelajaran kosong di sekolah, mereka menyempatkan diri untuk belajar demi SBO,
saling berbagi ilmu dan membantu teman lain mereasa kesukitan dalam suatu
pelajaran.
“Hei Be,
sudah sejauh mana belajarmu?” Tanya Shofie padaku
“Ah, aku
masih mengulang materi kelas 8 kemarin. Kalo kamu sendiri samapi mana, Shof?”
“Sama
kalau begitu. Sebenarnya ya, aku bingung mau mempelajari materi apa.
Bener-bener nggak ada gambaraan model soalnya kaya apa.” Jawab Shofie
Aku mengiyakan apa yang Shofie katakan. Sebenarnya
masih sulit detebak seperti apa soal olimpiade TIK nanti. Setibanya dirumah
aku mulai mempersiapkan diri untuk kembali belajar. Aku mencoba untuk mencari
beberapa contoh soal di internet dan membaca LKS TIK kelas 7 dan 8. “Nah,
dengan persiapan belajar seperti sepertinya sudah cukup untuk bekal
olimpiadeku.” batinku dengan percaya diri.*
|
3
|
Komplikasi
|
Tiba pada
hari yang kutunggu-tunggu. Dua Februari 2013 hari dimana SBO dilaksanakan.
Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh tepat, tiga puluh menit sebelum
SBO dimulai, aku sudah berada di SMANESA bersama teman-temanku. Kulihat
teman-temanku terlihat sibuk dengan soal-soal ditangan mereka, sedangkan aku
berusaha menghilangkan rasa grogi yang mulai menyelimuti hatiku. Berbekal
dari materi yang telah kupelajari, aku merasa percaya bahwa aku mampu
menaklukan soal-soal pada olimpide TIK ini.
Soal olimpiade TIK sudah berada di
depan mata. Dengan perasaan grogi aku mulai mengerjakan satu per satu soal
tersebut. Memanglah tak semua soal dapat kukerjakan dengan lancar. Ada
beberapa soal yang membuatku bingung untuk memilih jawabannya, bahkan
beberapa soal yang lain aku tak tahu sama sekali jawabannya. Alhasil beberapa
nomor pun terpaksa tak ku isi jawabannya. Namun, beberapa kesulitan itu masih
membuatku tetap optimis dan percaya bahwa aku masih berpeluang besar
menggapai mimpiku.
Hari mulai beranjak siang, sinar
matahari terasa panas membakar tubuhku. Namun itu semua tak menyurutkan
semangatku untuk menunggu pengumuman hasil SBO berasama dengan beberapa
temanku. Seusai sholat dhuhur kami mengyegarkan pikiran kami dengan meneguk
minuman segar yang dijajakan disekitar SMANESA. Sembari meneguk minuman kami,
tiba-tiba Ravin menghampiri kami.
“Hei, tadi
waktu lihat pengoreksian terbuka, aku dengar bahwa yang mendapat juara 1
olimpiade TIK berasal dari sekolah kita loh…”
Mendengar
apa yang dikatakan oleh Ravin, sontak hatiku mulai berdegup kencang. Rasanya
pintu masuk SMANESA semakin terbuka lebar bagiku.
“Woah,
dari sekolah kita? Siapa namanya?” Teman-temanku menimpali dengan
bersemangat.
“Kalo
namanya sih masih belum jelas siapa. Coba aku kesana lagi nanti aku kasih
tahu.” Ravin pergi menuju tempat
pengoreksian meninggalkan kami.
“Ah tak
disangka-sangka ya, ternyata ada yang diterima dari sekolahku. Jangan -jangan
itu tadi aku yaa hehehe…” Aku mulai bergumam dalam hati, rasa percaya diriku
semakin meningkat bahkan sudah tipis bedanya antara percaya diri dan rasa
tinggi hati.
Dari kejauhan kulihat siswa yang
lain nampak mengerubungi suatu papan. “Hei teman-teman, lihat kerumanan siswa
disana. Jangan – jangan hasil pengumumannya sudah keluar.” Lantas aku
mengajak teman-temanku menuju papan pengumuman. Benar dugaan ku, papan
pengumuman tersebut memuat hasil pengumuman SBO. Teman-temanku mulai sibuk
mencari nama mereka di papan pengumuman lomba yang diikutinya. Banyak sekali
siswa – siswa yang berkerumun untuk melihat hasil pengumuman, sehingga aku
tak bisa melihat dengan jelas hasil yang kuperoleh dari olimpiade TIK.
“ Shof,
apa kamu bisa melihat dengan jelas hasil olimpiade TIK nya? Juara berapa
kamu?” tanyaku pada Shofie yang berdiri disampingku.
“Belum
tahu. Be. Hasil pengumumannya tidak terlihat dari sini.”
Dari kejauhan, Ravin berlari
tergopoh-gopoh menghampiri aku dan Shofie. Raut wajahnya terlihat sumringah.
“Wah Shofie, selamat ya. Kamu menjadi juara olimpiade TIK. Selamat ya.” Ravin memberi selamat kepada Shofie.
Kulihat wajah Shofie nampak menyiratkan keruguan sekaligus rasa bahagia. “Ah
yang benar kamu Ravin. Aku sendiri belum bisa melihat hasilnya.” Shofie
merasa ragu dengan apa yang dikatakan oleh Ravin. Jujur, dalam hatiku pun aku
masih meragukan apa yang Ravin katakan.
Papan pengumuman terlihat mulai
lengang. Tak banyak siswa yang berkerumun, dengan langkah tergesa-gesa aku
dan Shofie menuju ke papan pengumuman. Tertulislah nama Shofie pada urutan
pertama olimpiade TIK, menyatakan bahwa ia lah peraih nilai tertinggi
sekaligus meraih juara pertama dalam SBO olimpiade TIK. Sedikit bergetar
hatiku melihat nama Shofie tertulis pada urutan pertama. Dengan sissa-sisa
kepercayaan diriku aku mulai mencari namaku dalam pengumuman tersebut. “Dua,
tiga, empat, lima, …” lima urutan telah terlewatkan. Pertanda bahwa gagal
sudah langkahku untuk dapat masuk ke SMANESA melalui jalur SBO. Hatiku mulai
merasa sakit, kepercayaan diriku mulai lenyap. “Enam, tujuh,,,” kulihat nama
ku tertulis pada urutan ke tujuh. Dengan perasaan tak percaya aku membaca
berkali-kali siswa urutan ke tujuh, namaku terukir disana bersama dengan
nomor peserta yang memang punyaku.
|
4
|
Evaluasi
|
Sungguh terasa sakit hatiku
melihat namaku berada pada urutan ke tujuh olimpiade TIK. Selish dua nomor
dari peserta yang diterima melalui jalur olimpiade TIK. Dengan segenap kemampuanku
aku berusaha menahan tangisku didepan teman-temanku. “Andai aku bisa belajar
lebih giat lagi. Andai aku tidak pernah meremehkan kemampuan teman-temanku.
Andai aku lebih memperbanyak ibadahku dan tawakal akan usahaku kepada Allah
Swt.” Hanya pengandian dan
penyesalanlah yang tersisa dalam hatiku.
|
5
|
Resolusi
|
Setelah menelan pahitnya
kegagalanku dalam SBO, aku mulai berusaha lebih keras agar dapat diterima di
SMANESA. Meningkatkan jam belajarku dan ibadahku kepada Allah swt. agar dapat
diterima di SMANESA melalui jalur MIPA yang akan diadakan empat bulan
kemudian.Alhamdulillah, hasil perjuanganku berbuah manis. Impianku untuk
dapat menjadi siswa di SMANESA akhrinya tercapai.
|
6
|
Koda
|
Dari kegagalanku dalam SBO,
aku dapat memetik pelajaran hidup yang berharga, yaitu janganlah kita
meremehkan kemampuan orang lain, karena usaha, kerja keras, dan doa dapat
merubah ketidakmampuan menjadi sebuah keajaiban atas kehendak Allah swt.
|
Kosakata Teks
Cerpen
No.
|
Kosa Kata
|
Makna Kata
|
1
|
Antusias
|
bergairah, bersemangat
|
2
|
Sorot
|
sinar; cahaya (seri)
|
3
|
Biologi
|
ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk
hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan); ilmu haya
|
4
|
Fisika
|
ilmu tentang zat dan energi (seperti
panas, cahaya, dan bunyi)
|
5
|
TIK
|
Teknologi Informasi Komunikasi
|
6
|
Riang
|
suka hati; girang sekali
|
7
|
Riuh
|
sangat ramai (tentang suara);
hiruk-pikuk; gaduh
|
8
|
Olimpiade
|
pertandingan olahraga amatir
antarbangsa yang diadakan setiap empat tahun sekali di negeri yang berlainan
|
9
|
Konsultasi
|
pertukaran pikiran untuk mendapatkan
kesimpulan (nasihat, saran, dan sebagainya) yang sebaik-baiknya
|
10
|
Geografi
|
ilmu tentang permukaan bumi, iklim,
penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi
|
11
|
Grogi
|
merasa canggung atau takut berhadapan
dengan orang banyak
|
12
|
Sontak
|
sompek; sumbing
|
13
|
Lengang
|
sunyi sepi; tidak ramai; tidak banyak
orang (tentang dusun, pesta, dan sebagainya)
|
Unsur Intrinsik Cerpen Buah Rasa Tinggi Hati
1. Tokoh :
1. Nabela sebagai tokoh utama
2. Shofie sebagai tokoh tambahan
3. Zulfa sebagai tokoh tambahan
4. Bilqis sebagai tokoh tambahan
5. Cynthia sebagai tokoh tambahan
6. Gisela sebagai tokoh tambahan
7. Ibu sebagai tokoh tambahan
8. Ravin sebagai tokoh tambahan
9. Shania sebagai tokoh bayangan
2. Karakter
tokoh :
1. Nabela berkarakter sombong, patuh kepada orang tua,
2.
Shofie
berkarakter rajin, pekerja keras
3.
Zulfa
berkarakter peduli kepada teman
4.
Cynthia
berkarakter usil dan jahil
5.
Bilqis
berkarakter teguh pendirian
6.
Ibu
berkarakter bijaksana
7.
Gisela
berkarakter teguh pendirian
8. Ravin berkarakter peduli kepada teman
- Latar tempat : Ruang kelas IX-B, rumah Nabela, SMA Negeri 1 Trenggalek
- Latar waktu : Pagi hari, siang hari
- Latar suasana : Bahagia, bersemangat, keragu-raguan, kecewa, sedih
- Alur : Dalam cerpen diatas menggunakan alur flashback atau alur mundur
7. Sudut pandang : Sudut pandang
dari cerpen buah rasa tinggi hati adalah sudut pandang orang pertama
8. Tema : tema yang diangkat dari cerpen diatas adalah mengenai kesombongan
yang akan membawa kepada kegagalan
9. 9.Amanat : Janganlah bersikap sombong dan meremehkan orang lain , karena
usaha, kerja keras, dan doa dapat merubah ketidakmampuan menjadi sebuah
keajabian atas kehindak Allah swt. Sedangkan kesombongan hanya akan membawa
pada kegagalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar